news
Hari Tani Nasional: Saatnya Bangun Pertanian yang Tangguh, Adil, dan Berkelanjutan
26 Sep 2025Jakarta, 24 September 2025 – Momentum Hari Tani Nasional menjadi pengingat penting bagi semua pihak: bagaimana memastikan kesejahteraan petani sekaligus membangun sistem pangan yang tangguh, adil, dan berkelanjutan di Indonesia.
Sebagai negara agraris dengan lebih dari 38 juta orang yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian, Indonesia menghadapi tantangan besar. Kontribusi pertanian terhadap PDB terus menurun, produktivitas pangan pokok seperti padi dan jagung stagnan, sementara kebutuhan pangan nasional terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa 90% petani di Indonesia adalah petani kecil dengan lahan di bawah dua hektar, yang rentan terhadap guncangan harga, perubahan iklim, dan keterbatasan akses teknologi maupun pembiayaan.
Di tengah kondisi tersebut, Edufarmers melalui acara Future Foods Forum (FFF) yang diinisiasi oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menghadirkan ruang diskusi lintas sektor dengan tema “Masa Depan Pertanian Indonesia: Sejahtera, Berkelanjutan, dan Berdaya Saing.” Forum ini mempertemukan perwakilan NGO, perusahaan lokal, dan multinasional untuk bertukar perspektif serta mencari solusi bersama atas tantangan pertanian Indonesia.
Kesejahteraan Petani: Masih Sulit Diukur
Diskusi menyoroti bahwa kesejahteraan petani hingga kini belum memiliki indikator yang komprehensif. Monik, perwakilan dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), menilai Nilai Tukar Petani (NTP) tidak cukup mewakili kesejahteraan karena hanya mengukur indeks harga tanpa menyentuh aspek multidimensi seperti pendapatan maupun kualitas hidup. Rian Amry dari Syngenta menambahkan bahwa pendapatan petani sangat beragam, sehingga kebijakan harus lebih adil bagi setiap segmen, mulai dari buruh tani hingga pemilik lahan.
Sementara itu, Mehdi selaku perwakilan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), menyoroti kebijakan pangan yang terlalu berfokus pada beras, padahal komoditas lokal seperti sagu di Papua atau sorgum di NTT lebih sesuai dengan kondisi geografis. Selain itu, keterbukaan data juga menjadi isu penting agar kebijakan lebih tepat sasaran sekaligus membuka ruang partisipasi publik yang lebih luas.
Regenerasi Petani: Tantangan Generasi Muda
Generasi muda masih enggan masuk ke sektor pertanian karena citra yang kurang menarik, prospek penghasilan yang tidak pasti, serta minimnya jaminan pasar.
Sarah selaku perwakilan dari Unilever Indonesia menyoroti adanya mismatch antara hasil tani dan kebutuhan industri, yang membuat petani mudah berpindah komoditas mengikuti tren.
Agnes Wahyu selaku perwakilan dari member Future Foods Forum lainnya mengangkat isu krisis kepemimpinan. Dibutuhkan role model petani muda yang sukses, serta dukungan pasar berkelanjutan untuk mengolah komoditas lokal menjadi produk bernilai tambah.
Dinda, perwakilan dari Tay Juhana Foundation menambahkan bahwa masih ada knowledge gap di lapangan. Banyak petani belum memahami konsep pertanian regeneratif, sementara akses teknologi dan infrastruktur terbatas di luar Jawa.
Aqilah selaku perwakilan dari CIPS menilai bahwa pemerintah sebaiknya lebih banyak berinvestasi pada sistem lokal dan edukasi dibanding proyek besar seperti food estate. Insentif, regulasi jangka panjang, dan ekosistem bisnis yang menarik akan menjadi kunci agar anak muda mau terjun ke pertanian.
Harapan ke Depan
Diskusi menyimpulkan bahwa tantangan pertanian Indonesia sangat kompleks: indikator kesejahteraan yang terbatas, fokus kebijakan yang sempit, minimnya transparansi data, hingga regenerasi petani yang terhambat. Namun, peluang tetap terbuka. Perkembangan teknologi digital, pendekatan pertanian regeneratif, hingga semakin banyaknya kolaborasi lintas sektor memberi harapan pada masa depan pertanian Indonesia.
Ke depan, Future Foods Forum berkomitmen untuk terus menjadi ruang kolaborasi, sekaligus melibatkan pemerintah agar hasil diskusi dapat diimplementasikan menjadi kebijakan nyata. Edufarmers percaya, dengan kerja sama semua pihak, masa depan pertanian Indonesia dapat lebih sejahtera, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi.


