news

Adaptasi dan Mitigasi Keberlanjutan Industri Kopi dalam menghadapi Perubahan Iklim

30 Nov 2023

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang terkena dampak perubahan iklim secara masif, sebab dalam pengelolaan dan budidaya pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Perlu bagi petani dan pegiat agrikultur lainnya untuk melakukan aktivitas pertanian dengan menyesuaikan kondisi iklim saat ini. 

Pertanian kopi menjadi tantangan dalam upaya meningkatkan produktivitasnya di tengah perubahan iklim. Keberagaman cita rasa kopi, yang kini digemari oleh segala kalangan, tak lepas dari proses penanaman hingga pengolahan biji kopi yang cermat oleh para petani. Dalam upaya ini, petani tidak hanya merawat tanaman kopi dengan teliti tetapi juga mengelola hasil pertanian sesuai dengan Praktik Pertanian Baik (Good Agriculture Practices). 

Dalam rangka meningkatkan keberlanjutan industri kopi di tengah perubahan iklim, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta bersama Indonesia Gastronomy Network (IGN) menyelenggarakan Jakarta International Coffee Conference (JICC) di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat untuk memperkuat ekosistem industri kopi Indonesia agar siap berkompetisi dan berkolaborasi di tingkat Internasional bersama seluruh pegiat industri kopi dunia. Acara yang diselenggarakan selama 3 hari mulai 17 hingga 19 November 2023 mendapatkan antusiasme yang tinggi dari para peserta acara. 

Edufarmers sebagai yayasan yang bergerak di sektor pertanian hadir dan berpartisipasi langsung sebagai moderator dalam diskusi topik dampak perubahan iklim pada keberlangsungan pertanian kopi oleh Amri Ilmma selaku COO Edufarmers. Topik diskusi turut menghadirkan 3 pembicara lainnya yaitu Heru Prama Yuda (The World Bank), Nuzul Qudri (Regional Project Manager Asia World Coffee Research), dan Amanda Katili (Climate Really Indonesia Executive Coach).  

Dalam menghadapi perubahan iklim, Heru Prama Yuda mengatakan bahwa pertanian kopi sangat rentan dengan perubahan cuaca dan sinar matahari yang terik. Kedua hal tersebut berpengaruh pada jumlah hasil panen dan kualitas kopi sehingga perlu ada mitigasi dan adaptasi dari hulu oleh petani maupun stakeholder agar dapat menghadapi perubahan iklim yang saat ini terjadi. 

“Jenjang GAP (Good Agriculture Practice) masih jarang diterapkan secara komprehensif sehingga saat ini masih dalam proses sosialisasi yang masif agar produktivitas kopi meningkat. Kedua, praktik-praktik pengelolaan dan peremajaan tanaman kopi perlu dilakukan agar menghasilkan kualitas biji kopi yang baik untuk diolah. Ketiga, pola pertanian harus disesuaikan dengan kondisi dan perlu ada pohon penaung pada tanaman kopi untuk memitigasi cuaca ekstrim dan angin agar panen bunga kopi tidak berkurang jumlahnya,” pungkasnya.  

Amanda Katili juga memaparkan bahwa “Adaptasi dan mitigasi harus berjalan beriringan untuk memperbaiki keberlangsungan kopi melalui pendidikan, penelitian, peningkatan kepedulian masyarakat, dan decision making. Cara yang dilakukan yaitu memberdayakan generasi muda untuk ikut dalam komunitas bertani kopi agar dapat saling berkolaborasi dengan petani kopi untuk memajukan pertanian kopi serta meningkatkan hasil dari segi ekonomi” tuturnya.  

Sedangkan Nuzul Qudri menekankan pentingnya inovasi, “Inovasi berupa penciptaan varietas baru harus dikaitkan dengan kondisi iklim agar produktivitasnya berjalan tanpa henti. Varietas baru yang diciptakan perlu memiliki keunggulan dari varietas sebelumnya dengan kualitas yang dua kali lipat lebih bagus. Adanya penciptaan varietas baru kita hanya fokus pada peningkatan kualitas yang lebih baik tanpa harus membuka lahan,” ujarnya.  

Selaras dengan penuturan Nuzul Qudri dalam menciptakan hal baru untuk memajukan pertanian kopi, Amri Ilmma selaku moderator menambahkan bahwa teknologi AI dan digitalisasi dalam pertanian dapat membantu untuk menjawab permasalahan perubahan iklim yang terjadi saat ini. Hasil berupa varietas atau genetik baru pada suatu tanaman tanpa merusak lingkungan merupakan inovasi pertanian yang mampu meningkatkan keberlanjutan kopi tanpa merusak lingkungan.  

Acara ini diharapkan dapat menjadi wadah edukasi untuk para pegiat kopi dalam meningkatkan keberlanjutan industri kopi agar dapat bersaing di tingkat Internasional. Meskipun perubahan iklim saat ini masih berlangsung, adaptasi dan mitigasi harus dilakukan untuk menjaga produktivitas kopi Indonesia.


Back To List